Pewarta.TV, Ponorogo – Dua bulan, tercatat 46 laporan masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo. Rinciannya, 9 laporan banjir, 17 kali tanah longsor, dan 20 terjadi angin ribut atau puting beliung. ‘’BPBD bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) merasa perlu melakukan koordinasi sebagai upaya memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana yang terjadi,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo Masun.
Koordinasi itu berlangsung di Gedung Tangguh Bencana BPBD Ponorogo, pada Rabu (6/3/2024). Ada sekitar 50 anggota FPRB yang terdiri unsur pemerintah daerah, non-pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media yang turut serta. ‘’FPRB dibentuk sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penanggulangan Bencana,’’ terang Masun.
Dia mengingatkan bahwa Ponorogo termasuk daerah dengan tingkat kerawanan bencana cukup tinggi. Sebab, secara topografi berupa lereng di sisi barat, timur, dan selatan. Bersamaan itu, 21 persen daratan di Ponorogo memiliki ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (MDPL). ‘’Dengan kemiringan seperti itu, maka rawan terjadi angin kencang dan longsor,’’ jelasnya.
Menurut Masun, FPRB memiliki peran strategis lantaran ikut memastikan kebijakan yang dapat mengurangi risiko bencana, tidak menambah bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Bersamaan itu, memastikan pemberdayaan masyarakat berlangsung di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana. ‘’Bukan hanya ada bencana lalu action. Melainkan juga melakukan komunikasi, pelayanan, dan edukasi sesuai standar pelayanan minimal kebencanaan,’’ imbuhnya.
Pada akhir koordinasi antara BPBD dan FPRB itu juga tampil Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jawa Timur Bige Wahjuono sebagai pemateri dengan tema ‘’Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana.’’
Sumber : Kominfo